Ingat Aku
Raka, adalah seorang siswa pintar di sekolah, disegani oleh guru dan disayangi teman-temannya. Hidup hanya bersama kakak perempuannya membuat ia tumbuh menjadi anak mandiri. Raka memiliki 4 orang sahabat, Bayu, Dian, Reyna, dan Yudha. Mereka semua adalah sahabat yang pengertian. Namun ...
“Hei...cowok, bantuin dong buat makalah sosiologi, please !” pinta Reyna
“Memangnya buat apa makalahnya?” tanya Dian
“(Reyna tersenyum) Remidi sosiologi. Gimana Raka, kalau aku kerjain sendiri bukannya buat perbaikan nilai malah jadi tambah jelek deh nilainya. Yah bantu aku.” Pinta polos Reyna
“(Raka tertawa) Baiklah aku bantu kamu.” Jawab Raka
Ya begitulah Raka sangat sering dimanfaatkan oleh teman-temannya. Namun dimanfaatkan disini dalam arti positif, dimanfaatkan buat jadi guru.
“ Raka nanti jam 4 sore bisa kan ke rumahku?” tanya Reyna
“ Ya. Jam 4 dirumahmu. Sampai nanti.” jawab Raka sambil berlalu
Sorenya,
“Gimana gampang kan, kamu cuma perlu buat struktur permasalahnnya, kemudian cari jawabannya, sudah segitu saja.” Jelas Raka
“ Oh begitu, baiklah.” Kata Reyna
“Rey, aku permisi pulang ya? ada hal penting.” pinta Raka
“Baiklah. Terimakasi banyak Raka” jawab Reyna
Raka pun berlalu. Ternyata ia pergi ke rumah sakit, kerena belakangan ini timbul gejala aneh dari dirinya. Dan saran dokter ia harus cek darah, dan hari ini keluar hasil laboratoriumnya.
“ Selamat sore Dok, bagaimana hasil darahnya?” tanya Raka serius
“ Raka, setelah saya memeriksa hasil tes kamu, ternyata gejala aneh itu disebabkan karena kamu...., kamu terjangkit HIV. Dan menurut penelusuran saya, penyebab kematian kedua orangtuamu juga karena penyakit ini bukan?” jelas sang dokter
“ Apa dok, apa semua itu benar? (wajahnya berumah cemas) ini tidak mungkin kan dok, saya bahkan tidak tahu penyebab sebenarnya kematian orangtua saya. Lalu bagaimana saya bisa menerima semua ini.” Kata Raka lemas
“ Lihat ini Raka.” Pinta dokter
Di perjalanan, Raka terus memikirkan semua kata-kata dokter tadi, dan mengingat bukti-bukti yang benar-benar menguatkan diagnosa dokter tadi yang sudah menjadi nyata sekarang.
“ Kak, apa benar orang tua kita meninggal kerana HIV?” tanya Raka cepat kepada kakaknya yang sedang menyapu.
“ Ada apa ini, baru datang sudah teriak-teriak seperti ini?” tanya kakaknya sedikit gagap
“ Sudah cukup basa-basinya. Jelaskan!” suara Raka semakin menguat
“ Raka.....Ia orang tua kita terjangikt HIV, dan meninggal karena penyakit sialan itu juga. Cukup.” Jawab Rika sambil menuju sofa
“ Kenapa baru kau katakan ini sekarang, apa kau menunggu aku sampai bertanya dulu, atau.....menunggu sampai aku sudah terjangkit penyakit itu juga?” tanya Raka dengan amarahnya
“ Karena itu tidak penting untuk kamu ketahui.” Jawab Ria singkat
“ Tidak penting? Kakak bilang ini tidak penting. Kak aku juga telah terjangkit penyakit ini kak, dan sekarang aku hanya hidup untuk menunggu kematian ku, apa itu juga tidak penting buat kakak?”
“ Maksud kamu?” tanya Rika bingung
“ Aku positif HIV.” Jawab Raka lemas
Setelah perdebatan tadi, Rika baru sadar ternyata HIV dari orangtuanya telah menurun kepada adik kesayangannya, dan juga dirinya. Tapi, virusnya lebih cepat menggerogoti sistem tubuh Raka, hingga sekarang ia menjadi sangat lemah dan sudah dirawat satu setengah tahun di rumah sakit. Tidak menunjukan kemajuan yang berarti selama itu, kini tubuh Raka sudah sangat kurus dan dipenuhi bintik merah disekujur tubuhnya.
“ Akankah Raka meninggalkan kita sekarang?” tanya Dian denagn berlinang air mata
“ Aku sendiri sudah menyerah melihat keadaannya sekarang.” Sambung Reyna
“ Apalagi yang harus kita lakukan, kita hanya bisa berdoa agar rasa sakit yang dirasakan Raka tidak semakin menjadi tiap harinya.” Jelas Yudha
“ Setuju.” Kata Bayu
Namun doa yang mereka panjatkan pun hanya dapat menjaga Raka dari rasa sakit, hingga ia menghembuskan nafas terakhirnya, tepat dimana ia berumurr 17 tahun. Sungguh mencemaskan meliha Raka yang tertidur di dalam peti, namun setidaknya para sahabatnya dan juga Rika bisa merasakan adanya senyum damai dari wajah Raka.
“ Raka, kini tidak ada lagi alasan dan motivasi kakak untuk hidup. Kamu telah pergi, dan kini aku hanya tinggal menunggu waktu untuk menyul kamu, mama, dan ayah di sisi Tuhan. Aku mohan temani aku ya menghadapi semua ini. Walau ragamu sudah tidak ada, aku tahu kamu selalu disisiku kan.” Kata Rika dalam hati.
Kini Raka sudah tidak ada lagi disisi sahabat-sahabatnya, namun Raka sempat berpesan agar mereka bisa hidup rukan sampai tua nanti, dan tidak akan melupakan dirinya selamanya.
TAMAT
0 komentar:
Posting Komentar